• Jelajahi

    Copyright © RADAR HUKUM
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Redaksi

    1O Nov

    Dari Mimpi Kecil hingga Cahaya Pendidikan Aceh: "Kisah Inspiratif Syarifah Wahidah"

    REDAKSI
    Senin, 24 November 2025, November 24, 2025 WIB Last Updated 2025-11-24T14:55:37Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    radarhukum.site -Bireuen, Aceh — 25 November 2025
    Di tengah derasnya arus modernisasi dan tantangan dunia pendidikan, hadir sosok perempuan muda yang menjadikan profesi guru bukan sekadar pekerjaan, tetapi jalan hidup. Syarifah Wahidah, S.Pd., M.Pd., lahir di Bireuen pada 21 Maret 1996, tumbuh dengan mimpi sederhana: menjadi pendidik seperti ibunya, seorang guru yang dikenalnya sebagai figur penuh kasih, keteladanan, dan pengabdian. Dari bangku kecil sekolah dasar, Syarifah sudah menanam tekad bahwa suatu hari ia akan berdiri di depan kelas, menebar cahaya pengetahuan bagi generasi berikutnya.
    Kini, mimpi kecil itu bukan hanya menjadi kenyataan, tetapi berkembang menjadi karya pengabdian yang jauh lebih luas dari yang pernah ia bayangkan.
    Guru, Ibu, Mahasiswi S3, dan Pelayan Pendidikan Masyarakat
    Hari-harinya padat, namun penuh makna. Syarifah adalah guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 2 Kutablang, Kabupaten Bireuen, tempat ia mendampingi para siswa memahami diri, menyelesaikan persoalan, dan menemukan arah masa depan mereka. Ia percaya bahwa setiap anak tanpa terkecuali memiliki potensi besar yang harus dibimbing dengan hati.
    Di tengah tugas sekolah, Syarifah juga sedang menempuh pendidikan Program Doktor (S3) Bimbingan dan Konseling di Universitas Negeri Padang, sebuah langkah yang ia tempuh demi meningkatkan kapasitasnya sebagai pendidik. Dengan dua anak yang masih kecil, perjalanan itu bukan hal mudah. Namun ada satu hal yang selalu menjadi sumber tenaganya: dukungan penuh dari sang suami, Said Ahmad Ali Asegap, S.Sos.I., M.Sos, seorang pengusaha muda yang meyakini bahwa ilmu dan pendidikan adalah investasi paling mulia.
     

    Dukungan Suami: Energi di Balik Setiap Langkah
    Dalam banyak kesempatan, Syarifah menyebut bahwa salah satu kekuatan terbesar dalam hidupnya adalah suaminya. Said bukan hanya mendukung, tetapi turut menjadi bagian dari perjalanan pengabdian istrinya. Ia sering mengingatkan bahwa perempuan yang berilmu dan mengajar adalah “pelita rumah dan cahaya masyarakat.”
    Said membantu menjaga anak ketika Syarifah harus mengikuti kuliah daring, mendampingi penelitian, atau menghadiri kegiatan sekolah. Di desa mereka, orang-orang sudah terbiasa melihat keduanya bekerja beriringan — saling menopang, saling membesarkan.
    “Jika ia ingin menjadi cahaya bagi banyak orang, tugas saya adalah memastikan ia tidak pernah padam,” ujar Said suatu ketika, menjadi kalimat yang selalu diingat Syarifah.
    Membangun Lembaga Pendidikan untuk Semua
    Salah satu langkah terbesar dalam hidupnya adalah ketika ia memutuskan mendirikan Lembaga Pendidikan Islam di Desa Meuse, Kecamatan Kutablang. Lembaga ini merupakan ruang belajar alternatif untuk seluruh anak di desa, tanpa memandang latar belakang ekonomi. Bagi anak-anak fakir miskin dan yatim piatu, tersedia beasiswa pendidikan gratis sebagai bentuk komitmennya terhadap pemerataan akses pendidikan.
    Baginya, pendidikan tidak boleh menjadi barang mahal. Ia harus menjadi pintu yang terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar.
    Di lembaga itu, anak-anak bermain, mengaji, belajar karakter, dan berkembang dalam suasana penuh kehangatan. Syarifah sering terlihat duduk bersama mereka — bukan sebagai direktur lembaga, bukan sebagai akademisi S3, tetapi sebagai “Kak Syarifah,” yang rendah hati dan dekat dengan dunia kanak-kanak.


    Menyalakan Cahaya Kecil yang Menjadi Besar
    Apa yang dilakukan Syarifah mungkin tidak terdengar besar dalam ukuran dunia, tetapi di mata anak-anak di kelasnya, orang tua desa Meuse, rekan guru, dan masyarakat sekitar, ia adalah cahaya yang menerangi banyak langkah.
    Pada Hari Guru Nasional 2025 ini, kisah Syarifah Wahidah mengingatkan kita bahwa guru bukan hanya pengajar — mereka adalah penjaga harapan. Bahwa pendidikan tidak tumbuh dari bangunan mewah atau kurikulum canggih semata, tetapi dari hati yang terus berusaha memberi.
    Dan di Aceh, cahaya itu sedang menyala terang dari seorang perempuan muda yang dulu bermimpi menjadi guru seperti ibunya — dan kini menjadi inspirasi bagi banyak orang.
    Syarifah Wahidah bukan hanya mengajar. Ia menyalakan masa depan.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini